Saturday, June 1, 2024

Kota Thaif adalah kota terbesar ketiga setelah Kota Mekah dan Madinah yang Subur nan Sejek

 



Kota Thaif adalah kota terbesar ketiga setelah Kota Mekah dan Madinah. Kota ini berada di sebelah tenggara Mekah sekitar 80 km dengan jarak tempuh 1.5 jam perjalanan.

Kota Thaif diberkahi dengan tanah yang subur, walaupun komposisi bebatuan lebih mendominasi. Dengan kesuburan yang dimilikinya, maka kota Thaif terkenal dengan kekayaan produk pertanian. Berbagai jenis buah-buahan, seperti anggur, kurma, delima dan lain-lain dihasilkan oleh daerah yang subur ini.

Kereta gantung Thaif

Selain dikenal dengan keindahan dan kesejukan alamnya, kota Thaif juga menyimpan sejarah perkembangan penyebaran agama Islam dan sejarah kehidupan Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam. Di kota inilah Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam pertama kali mendapat tantangan, cemoohan, pengusiran bahkan sempat dilempari batu oleh kabilah Tsaqif, kabilah terbesar di kota Thaif.

diperkirakan suhu udara di kawasan ini mencapai 20 derajat celsius, sehingga membuat nyes di kulit.

Jalan menuju Thaif, khususnya ketika melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak mengelilingi pinggiran pegunungan hingga puncaknya. Puncak pegunungan yang berbeda dengan Puncak, Bogor atau tempat lainnya di Indonesia. Pegunungan di sini relatif tidak ada pepohonan, tandus, berbatu dan berpasir.


Namun, ketika memasuki kota Al Hada sebelum Thaif, sepanjang jalan baru ditemukan sejumlah pepohonan dan perkebunan kurma. Beberapa rumah tradisional juga berdiri di tengah-tengah perkebunan itu. Di sepanjang kawasan ini juga dipenuhi sejumlah tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi. Di tempat ini juga terdapat kawasan yang dijadikan tempat ber-Miqot atau untuk berihrom haji atau umrah, yaitu di Wadi Sair Kabir.

Kesejukan kota Thaif banyak digunakan sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata di musim panas. Bahkan para raja dan kerabatnya banyak membangun tempat-tempat peristirahatan di kawasan ini. Sehingga Thaif juga mendapat julukan Qaryah Al Mulk atau Desa Para Raja. Di kota ini juga sering diselenggarakan pertemuan-pertemuan dan perjanjian-perjanjian bilateral, regional dan internasional.

 


Menurut informasi yang diperoleh para mukmin dan sejumlah literatur, sebenarnya di kota ini sering diselenggarakan perlombaan balap onta. Namun, menjelang musim dingin di antara bulan Oktober hingga Januari, di kawasan ini juga di kawasan Al Safa, adalah musim Delima dan Bunga Anggrek.

 

Yang menarik, dalam perjalanan ada sejumlah Pohon Zaqqum yang tumbuh di antara perbukitan dari Thaif menuju Al Safa. pohon yang ditumbuhi duri-duri yang besar dan tajam,

 

 

Pohon Zaqqum, memang tidak ada di Indonesia atau negara lainnya. Ini menarik, ditambah lagi di dalam Al Quran Surah Al Waqi'ah ayat 52-56 tentang keberadaan Pohon Zaqqum. Di dalam ayat itu disebutkan bahwa para penghuni neraka kelak akan diberikan makanan dari Pohon Zaqqum. Para penghuni neraka akan diberi makanan yang luar biasa pahitnya.

 

Pengalaman Pahit Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam di Thaif

 


Thaif dalam sejarah awal perjuangan Rasulullah Muhammad Sallallahu A'laihi Wassalam memang sangat pahit. Terhitung tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah Sallallahu A'laihi Wassalam melakukan perjalanan ke Thaif untuk melakukan dakwah dan mengajak Kabilah Tsaqif masuk Islam. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam pada 620 Masehi.

 

Meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam. Oleh karena itu, jika warga kota Thaif mau menerima Islam, kota ini akan dijadikan tempat berlindung bagi warga muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah.

 

Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat secara diam-diam dan dengan berjalan kaki, Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam mencoba pergi ke Thaif untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Rasulullah tinggal di Thaif selama sepuluh hari untuk berdakwah dan meminta perlindungan. Namun, ternyata penduduk Thaif melakukan penolakan dan memperlakukan Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam  dengan kasar.

 

Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam, sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.

 

Saat itu, Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam berdoa, "Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

 

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu."

 

Dari do'a ini tentu semua begitu memahami betapa beratnya cobaan Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam saat itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh ridho, ikhlas dan sabar, serta tidak pernah berputus asa. Seperti sejumlah cerita yang diriwayatkan kembali Ulama Hadist terkenal, Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RodiAllahu Anhu .

Ia (Aisyah ) berkata, "Wahai Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi Sallallahu a’laihiwassalam, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib.


 

Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Rasulullah SAM melanjutkan.

 

"Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka." Jawab Rasulullah Sallallahu a’laihiwassalam,  “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“ Subhanallah..!!


Sumber : berbagai sumber

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

Kota Thaif adalah kota terbesar ketiga setelah Kota Mekah dan Madinah yang Subur nan Sejek

  Kota Thaif adalah kota terbesar ketiga setelah Kota Mekah dan Madinah. Kota ini berada di sebelah tenggara Mekah sekitar 80 km dengan jar...